Sabtu, 12 Mei 2012

Cara dan Manfaat menggunakan Bedong Bayi


Membedong merupakan istilah di negeri kita untuk ‘membungkus’ bayi dengan kain. Kain yang digunakan pun biasa disebut dengan kain bedong. Beberapa manfaat membedong bayi, antara lain:
- Membantu bayi Anda agar tidak terganggu dengan gerakan kejut yang biasa dikenal dengan refleks Moro
- Membantu bayi Anda untuk tetap hangat, terutama pada hari-hari pertama dalam kehidupannya. Nantinya secara berangsur, tubuhnya akan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar, sehingga kain bedong tidak diperlukan lagi
- Membantu menenangkan bayi Anda
Ketika bayi Anda dibedong dengan benar, dia akan merasa hangat dan aman, dan bedong pun berguna untuk menenangkan si kecil ketika dia menerima rangsangan yang berlebihan.
Jika Anda melahirkan di bidan, maupun di rumah sakit, biasanya sebelum pulang, mereka akan mengajarkan kepada Anda bagaimana cara membedong si kecil. Namun jika Anda masih bingung, atau belum percaya diri melakukannya, Anda bisa melihat video singkat kami mengenai salah satu cara yang baik untuk membedong bayi Anda.

Beberapa Tips Seputar Membedong Bayi

  1. Perhatikan kondisi bayi Anda ketika awal akan membedong; jangan melakukannya ketika dia sedang lapar misalnya, atau masih basah setelah mandi, ataupun ketika ia sedang lelah
  2. Jangan membedong terlalu kencang, dengan memaksa kaki bayi agar lurus, karena praktek seperti ini akan merusak sendi lututnya dan juga bisa menyebabkan displasia pangkal paha (hip dysplasia). Untuk mencegahnya, pastikan Anda meninggalkan ruang yang cukup pada bagian bawah bedong (bagian kaki), sehingga bayi Anda tetap bisa menekuk lututnya
  3. Jika cuacanya dingin, Anda boleh memakaikan baju dan celana panjang kepada si kecil sebelum ia dibedong. Namun jika cuaca sedang panas, pastikan ia hanya memakai kaos singlet dan celana pendek. Kalau tidak, ia akan sangat kepanasan
  4. Jangan sampai kain bedong menutupi daerah wajah bayi Anda
  5. Ketika bayi Anda tertidur dengan dibedong, sebaiknya ia jangan diletakkan berdampingan dengan Anda, karena ia pun mungkin akan kepanasan. Bayi yang dibedong ketika tidur, sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga sekelilingnya merupakan udara bebas dan tidak tertutup, agar ia memperoleh cukup udara dan tidak merasa kepanasan

bedong bayi

- langkah membedong bayi, urutan berlawanan arah jarum jam -

Langkah Membedong Bayi

  1. Bentangkan kain bedong pada permukaan yang rata, dengan bentuk seperti berlian – (gambar 1)
  2. Lipat sudut bagian atasnya ke bawah, sebanyak sekitar 15-20 cm, sehingga permukaan atas kain membentuk garis horisontal – (gambar 1)
  3. Letakkan bayi Anda perlahan pada punggungnya, sehingga ujung atas kain yang horisontal tadi berada sejajar dengan bahunya – (gambar 1)
  4. Turunkan tangan kanan bayi Anda sehingga berada di samping tubuhnya – (gambar 2)
  5. Tarik sudut kain bedong yang berada di sisi tangan kanannya tadi untuk menyelimuti tangan dan dadanya, lalu selipkan ujung kain tersebut ke bawah punggungnya yang ada di sisi kiri tubuhnya – (gambar 2)
  6. Turunkan tangan kiri bayi Anda, sehingga berada di samping tubuhnya
  7. Tarik sudut kain bedong yang berada di sisi tangan kirinya tadi untuk menyelimuti tangan dan dadanya, lalu selipkan ujung kain tersebut ke bawah punggungnya yang ada di sisi kanan tubuhnya
  8. Atau bisa juga dengan cara seperti pada gambar 3
  9. Pelintir atau lipat ujung kain bedong bagian bawah, lalu selipkan ke bawah tubuhnya, tapi biarkan longgar, jangan terlalu kencang, sehingga lutunya bisa dilipat olehnya, pinggulnya bisa bergerak dengan baik dan ia pun bisa meregangkan kakinya degan mudah
- video salah satu cara membedong bayi yang baik -

Sampai Usia Berapa Sebaiknya Bedong Digunakan?

Hingga bayi Anda berusia sekitar 1 bulan, Anda masih bisa membedongnya, namun usahakan untuk tidak membedongnya selama ia terjaga.
Jika setelah usia 1 bulan ia terlihat bisa tidur lebih nyenyak dengan dibedong, tidak mengapa untuk membedongnya, hanya ketika ia sedang tertidur.
Biasanya, kalau si kecil sudah tidak betah dibedong, dia akan menolak dengan menangis atau menendang-nendangkan kakinya, nah ini berarti sudah saatnya Anda meninggalkan bedong untuk seterusnya.
ShareThis
Artikel yang berhubungan:

Vaksin dan Vaksinasi


Bahan-bahan kimia yang umum digunakan dalam pembuatan vaksin termasuk:

  • Cairan pelarut (suspending fluid) seperti air steril, saline, atau cairan yang mengandung protein
  • Pengawet dan penstabil, seperti albumin, fenol dan glycine
  • Tambahan lain (enhancer) untuk meningkatkan kinerja vaksin
Sebagian vaksin juga ada yang mengandung sedikit sekali materi pengkulturan seperti protein telur ayam. Protein ini digunakan dalam vaksin untuk membantu pertumbuhan bakteri atau virus yang sudah dilemahkan yang nantinya akan memicu produksi antibodi. Baca: Imunisasi pada Bayi
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pembuatan vaksin biasanya jumlahnya sangat sedikit dan para ahli menggunakannya untuk menjaga kualitas vaksin itu sendiri.

Unsur-unsur yang Umum Terkandung dalam Vaksin

Aluminum
Aluminum ini biasanya berupa jel atau garam yang fungsinya untuk membantu vaksin dalam merangsang terbentuknya antibodi.
Antibiotik
Antibiotik terkadang ditambahkan juga ke dalam vaksin tertentu untuk mencegah berkembangnya bakteri selama masa pembuatan vaksin dan penyimpanannya. Namun biasanya vaksin tidak mengandung penisilin.
Protein Telur
Vaksin yang menggunakan protein ini adalah vaksin influenza dan demam kuning. Vaksin ini aman digunakan oleh siapa saja yang tidak memiliki pantangan terhadap telur.
Formaldehyde
Biasanya digunakan untuk vaksin yang memakai racun bakteri untuk memicu imunitas. Formaldehyde juga digunakan untuk membunuh berbagai virus dan bakteri berbahaya yang dapat mencemari proses pembuatan vaksin. Nantinya, sebelum bvksin dikemas untuk didistribusikan, formaldehyde akan dibuang terlebih dulu.
Monosodium Glutamate (MSG)
MSG dan Fenoksi Etanol 2 digunakan sebagai penyeimbang pada sebagian vaksin, sehingga kualitas vaksin tidak terganggu ketika terkena panas, lembab, dan sebagainya.
Thimerosal
Merupakan pengawet yang mengandung merkuri yang digunakan pada vaksin yang dikemas dengan botol kecil untuk pemakaian lebih dari satu dosis. Vaksin jenis ini dikhawatirkan dapat tercemar dengan bakteri yang berbahaya, karena setelah dipakai akan disimpan untuk digunakan lagi pada imunisasi berikutnya. Untuk mencegah serangan bakteri tersebut, biasanya digunakan Thimerosal.

Kamis, 10 Mei 2012

Cara Menyusui yang Benar


Pengertian Teknik Menyusui Yang Benar
Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar (Perinasia, 1994).
Pembentukan dan Persiapan ASI
Persiapan memberikan ASI dilakukan bersamaan dengan kehamilan. Pada kehamilan, payudara semakin padat karena retensi air, lemak serta berkembangnya kelenjar-kelenjar payudara yang dirasakan tegang dan
sakit. Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar, puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, dan aerola mamae makin menghitam.
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1. Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak menumpuk.
2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi.
3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi.
Posisi dan perlekatan menyusui
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring.
Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)
Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)
Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.
Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)
Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004)
Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)
Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)
Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)
Langkah-langkah menyusui yang benar
Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring dengan santai.
Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)
Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)
Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004)
Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004)
Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)
Cara pengamatan teknik menyusui yang benar
Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :
  1. Bayi tampak tenang.
  2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
  3. Mulut bayi terbuka lebar.
  4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
  5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
  6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
  7. Puting susu tidak terasa nyeri.
  8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
  9. Kepala bayi agak menengadah.
Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)
Lama dan frekuensi menyusui
Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila
bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 – 2 minggu kemudian.
Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.
Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan bra yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat.